Tuesday, April 26, 2011

upacara adat tuk si bedhug

Upacara Adat Tuk Si Bedhug


Kirab Tuk Sibedhug


Bagi masyarakat Indonesia asli khususnya masyarakat jawa, nilai agama menjadi nilai utama yang bersifat mengikat dan saling mempengaruhi nilai-nilai yang lain. Biasanya nilai agama tersebut dikaitkan dengan adat istiadat yang ada dengan berbagai tatacara dan serangkaian upacara yang kompleks. Hubungannya dengan masyarakat, upacara ini dapat diartikan sebagai bentuk semangat gotong-royong dan kerukunan.
Upacara adat sebagai salah satu bentuk ungkapan budaya dan tradisi yang masih banyak dilestarikan oleh masyarakat Jawa. Budaya dan tradisi adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Adanya upacara adat ini juga berpotensi pada daerah desa wisata budaya.  Dalam hal ini upacara adat Tuk Si Bedug merupakan sarana sebagai Desa Wisata Budaya di daerah Mranggen, Margodadi, Seyegan, Sleman, Yogyakarta.
Tradisi upacara adat Tuk Si Bedug merupakan perwujudan interaksi antara kebudayaan islam dan kebudayaan Jawa. Jika ditinjau dalam perspektif islam akan memunculkan proses sinkretik, sebaliknya jika ditinjau dalam perspektif kebudayaan jawa akan memunculkan proses sintetik. Pada sejarah perkembangannya, tradisi upacara adat Tuk Si Bedug di Desa Margodadi memperlihatkan adanya fenomena umum, yaitu perubahan dan perkembangan. Hal itu sejalan dengan teori sejarah yang dikemukakan oleh Sartono Kartodirjo bahwa setiap kebudayaan berlangsung di dalam waktu dan senantiasa mengalami perubahan yang didalamnya terjadi pembentukan, penciptaan kembali dan pembaharuan.
Eksistensi tradisi upacara adat Tuk Si Bedug merupakan wujud kesetiaan masyarakat Margodadi terhadap warisan budaya leluhur yang didasari oleh kepercayaan atas kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa. Proses modernisasi upacara tersebut hanyalah sebagai sebuah variasi yang mengemas prosesi adat agar lebih menarik dan tidak membosankan tanpa mengurangi makna religi sehingga tetap mempunyai eksistensi di dalam ruang lingkup masyarakat.
Upacara adat Tuk Si Bedug memiliki keunikan tersendiri yaitu dalam tradisi upacara adat Tuk Si Bedug Nampak sebuah fenomena budaya yang mampu memperlihatkan interaksi kehidupan berbudaya, bermasyarakat, dan beragama.  Keunikan lainnya yaitu berupa prosesi kirab yang merupakan iringan atau arak-arakan diikuti oleh rombongan-rombongan seperti bergodo dengan iringan musik.selain itu juga terdapat beberapa gunungan yang merupakan simbol  dari upacara adat tersebut.

Gunungan Kirab


Awal mula dilaksanakannya upacara adat Tuk Si Bedug bertujuan untuk menghormati perjalanan seorang tokoh Agama Islam, yaitu Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu dari Sembilan wali atau dikenal dengan nama WALISANGA. Upacara adat Tuk Si Bedug diselenggarakan di Dusun Mranggen, Margodadi, Seyegan, Sleman, Yogyakarta dan dilaksanakan pada hari jumat pahing di bulan jumadil akhir atau bulan juli.
Dalam perjalanannya itu Sunan Kalijaga berhenti di bawah pohon besar untuk beristirahat tepatnya pada waktu tengah hari. Pada Waktu itu Sunan Kalijaga akan melaksanakan sholat jumat ( tepatnya pada jumat pahing), akan tetapi Kanjeng Sunan Kalijaga tidak mendapatkan air untuk berwudlu. Maka dengan meminta pertolongan kepada Allah SWT Sunan Kalijaga menancapkan tongkatnya kedalam tanah. Dari tancapan tongkat tersebut, memancar air yang sampai saat ini tidak pernah kering dan diberi nama “ Tuk Si bedug”.
Adapun Tujuan lain dari pelaksanaan upacara adat Tuk Si Bedhug adalah :
1.      Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan dilaksanakan upacara ini diharapkan setiap masyarakat dapat meningkatkan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengingat kebesaranNya dan mukjizat yang diberikan kepada Sunan Kalijaga sehingga memunculkan sebuah mata air yang diberi nama Tuk Si Bedhug. Dengan mengingat kejadian tersebut manusia akan mengakui kebesaranNya dan berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaannya.
       2.  Diharapkan dapat memperbaiki perekonomian masyarakat.
Hal ini merupakan tujuan dari segi ekonomi. Untuk memeriahkan upacara ini seminggu sebelum dilaksanakan upacara Adat Tuk Si Bedhug diadakan pasar malam. Dengan adanya pasar malam ini diharapkan dapat menambah pendapatan masyarakat. Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat diantaranya dengan berjualan di arena pasar malam dan menyediakan tempat parkir bagi pengunjung pasar malam dan upacara Tuk Si Bedhug.
       3. Melestarikan kebudayaan adi luhung itu sendiri.
Tujuan sebenarnya dari upacara adat ini adalah melestarikan kebudayaan yang ada di Dusun Mranggen agar tetap hidup dan terus berkembang. Dalam upacara ini sebenarnya tidak ada unsur mistik, yaitu yang berhubungan dengan hal yang ghoib. Namun upacara ini hanya bertujuan untuk mengingat napak tilas Sunan Kalijaga serta menjaga keberadaan adat tradisi yang bersangkutan agar tetap hidup dan lestari dengan ciri khas tersendiri.
      4. Meningkatkan rasa kegotong-royongan antar sesama.
Upacara adat ini melibatkan berbagai elemen masyarakat, mulai dari perangkat desa terkecil seperti RT sampai kepada Dinas Pariwisata. Untuk menyukseskan upacara adat tersebut dibutuhkan kerjasama yang baik antara elemen-elemen masysarakat tersebut. Sehingga upacara adat tersebut dapat berjalan dengan lancar, tertib, aman, dan terkendali.
5. Menumbuhkan rasa kecintaan dan kebanggaan terhadap budaya di kalangan generasi muda.
Pesatnya perkembangan teknologi dan derasnya arus modernisasi harus diakui sudah sangat mengikis kecintaan dan kebanggaan generasi muda terhadap kebudayaan. Dengan diadakannya upacara adat ini, diharapkan generasi muda mengenali dan handarbeni terhadap budaya luhur milik bangsa sendiri.
Pemerintah Kecamatan Seyegan yang didukung oleh Pemerintah Kabupaten Sleman akan terus men-support semua bentuk upacara adat yang ada di tengah-tengah masyarakat, sehingga tujuan dari penyelenggaraan sebuah acara adat dapat tercapai dengan baik.

No comments:

Post a Comment